Social Icons

Minggu, 14 Oktober 2012

Pemberdayaan Masyarakat, Bukan Basa-Basi

(Credit: Papparooms )
Sore tadi, seorang siswa yang dulu turut menjadi warga belajar di PKBM kami datang berkunjung. Dia kini duduk di semester 4 Jurusan Teknik Industri salah satu perguruan tinggi di Bandung. Dia bercerita bagaimana pada awalnya dia dan beberapa kawannya yang sama-sama berasal dari Paket C sempat dipandang sebelah mata oleh senior dan rekan-rekan mahasiswa lainnya, namun pandangan miring tersebut tidak menjadikannya merasa rendah diri atau patah semangat, tetapi justru membangkitkan semangat untuk membuktikan kualitas diri mereka, terlepas dari latar belakang sekolah atau kelas sosialnya. Prestasi akademiknya memang harus diakui menjadi kebanggaan tersendiri, tetapi lebih dari itu, semangat dan kepercayaan dirinya lah yang lebih berkesan lagi bagi kami. Kepercayaan dirinya menjadi kepercayaan diri kami.

Selain melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, banyak alumni yang dulu sempat menjadi warga belajar binaan kami juga kini telah bekerja baik di perusahaan besar maupun kecil, baik di sektor formal maupun informal. Sebagian lagi bahkan membuka usahanya sendiri dengan penghasilan yang tidak bisa disebut sedikit. Pemberdayaan Masyarakat memang Bukan Basa-Basi.



Fakta di atas tidak dipungkiri semakin menambah kepercayaan diri kami. Namun demikian, meski terjaminnya kebutuhan serta kesejahteraan hidup merupakan hal yang penting, tapi bukan tingginya jabatan warga belajar kami di tempat kerja mereka, atau besarnya pendapatan mereka setelah terjun di dunia usaha, bukan juga tingginya pendidikan mereka selanjutnya yang menjadi tujuan utama kami. Partisipasi kami dalam pendidikan masyarakat pada dasarnya lebih didorong oleh harapan akan terbukanya kesempatan bagi mereka yang berada dalam kesempitan dan terbukanya harapan bagi mereka yang berada dalam keputusasaan.

Keberhasilan mereka yang semula berasal dari kelompok sosial yang terpinggirkan untuk berperan positif di lingkungan pendidikan, dunia kerja dan masyarakat luas lah yang merupakan ukuran keberhasilan sesungguhnya bagi kami. Semangat dan kepercayaan diri mereka untuk terus merajut cita-cita menjadi semangat dan kepercayaan diri kami juga untuk terus berbenah dan meningkatkan pelayanan kami. Pemberdayaan dalam maknanya yang sejati merupakan hasrat terbesar kami. "Berdaya", suatu gagasan akan keadaan manusia dalam relasi sosialnya yang coba kami rangkum dalam motto sederhana , "Cageur, Bageur, Bener, Pinter, tur Singer." Kutipan dari salah satu pandangan hidup yang merupakan local wisdom masyarakat Sunda yang kurang lebih berarti "Sehat, Baik, Benar, Cerdas, dan Terampil".

Kami tidak menganggap bahwa keberhasilan warga belajar untuk menghayati kehidupan mereka secara positif serta mengada dalam kehidupan mereka secara aktif semata-mata karena peranan kami, sama sekali tidak. Pada hakikatnya, baik fasilitator maupun warga belajar sama-sama subjek pembelajar. Kami belajar satu sama lain. Mereka sendiri lah yang memutuskan untuk bangkit dan melangkah melalui jalan kehidupan mereka, atau tetap duduk terpuruk. Kami hanya berusaha untuk mengulurkan tangan dan berjalan beriringan di salah satu episode perjalanan hidup mereka, membantu semampu kami bisa.

Pada akhirnya, hanya kepada Allah lah kita berserah dan menyandarkan diri, dan hanya kepada-Nya lah kita menyerahkan segala urusan. Semoga Allah SWT memperkenankan do'a dan harapan kita, serta menjaga ketulusan kita dalam berbakti. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar